Notification

×

Iklan

Pencuci Piring Sedih, Melihat Banyak Sisa Makanan Tamu Undangan Di Tempat Orang Pesta Terbuang-buang‎

Minggu, Januari 31, 2021 | 15:15 WIB Last Updated 2021-01-31T08:49:30Z
KAMPOENG NEWS.COM.Saat ini rame-rame orang banyak kawinan. Pak penghulu sibuk wira-wiri untuk menghalalkan yang haram. Gedung-gedung laris manis disewa untuk menyelenggarakan pesta pernikahan. Pengusaha catering, rias pengantin, tukang foto tukang Shooting hingga sound system kebanjiran job. 

Ternyata pesta di gedung-gedung sangat beda dengan di kampung (di desa ). Kalau di gedung  Tamunya dari kalangan kelas atas, karena memang yang punya hajat seorang pejabat atau orang kaya. Makanannyapun enak-enak banget, dari makanan tradisional sampai makanan eropa.

Namun jika yang pesta dikampung, makananya super sederhana, cukup nasi, ditambah beberapa lauk pauk dan dua jenis buah-buahan.

Disini kita tidak akan membahas masalah makanan atau minuman orang yang lagi pesta, kita akan melirik bagaimana sih aktivitas pencuci piring di tempat orang yang lagi pesta.

Jika pesta resepsi di kampung, biasanya ada panitia tersendiri, dari among tamu, prasmanan, tukang parkir hingga tukang cuci piring.

Pencuci piring memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari  tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Mereka sedih  setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah.

Ya.. begitu banyak nasi dan makanan yang terbuang percuma hanya demi menuruti nafsu makan yang gila-gilaan. Selama ini model prasmanan dianggap lebih baik daripada model "ramesan" yaitu sudah disajikan di piring. 

Karena biasanya pada model "ramesan" tamu sering menyisakan makanan dengan alasan porsi yang terlalu banyak sampai makanan yang tidak cocok/ tidak enak. Dengan model prasmanan diharapkan tamu bisa mengambil sesuai porsi dan keinginannya sehingga tidak meninggalkan banyak sisa. Namun sepertinya model prasmanan di desa dengan di kota lebih parah di kota. 

Di desa, orang masih punya rasa malu "ewuh pekewuh" sehingga makan secukupnya. Namun di kota hal itu tidak mengubah perilaku para tamu, nafsu makannya justru menjadi-jadi. Semua makanan yang di hidangkan pengin dicicipi meski kapasitas perut sudah kenyanh.

Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup kalimat "Mohon Doa Restu" dan "Selamat Menikmati" yang tertera di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar "Terima Kasih untuk Tidak Mubazir"".

(Tiem KN)



×
Berita Terbaru Update